Fitrah seksualitas solusi aplikasi pendidikan seksualitas sejak dini

Alhamdulillah memasuki hari ke empat belajar materi pentingnya Menumbuhkan fitrah seksualitas pada anak dengan metode learning by sharing

Kali ini topik yang diusung oleh oleh kelompok empat adalah Fitrah Seksualitas solusi aplikatif pendidikan seksualitas sejak dini.

Sharing ilmunya dibawakan cantik sekali oleh mbak Rella dan kawan² . Info grafis nya membuat mata saya yang visual ini berbinar².


Diawali dengan mengusung urgensi pendidikan fitrah seksual dan dilanjutkan dengan apa saja tantangan gender jaman sekarang.

Pendidikan seksualitas penting agar anak tumbuh pada jalannya (on the track),
agar kelak tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan akibat pendidikan seksual yang tidak tuntas atau bahkan tidak ada sama sekali. Tingkat keparahan dampaknya sudah banyak kita saksikan hari ini, dari mulai gagap peran antara suami/istri atau ayah/bunda, krisis identitas dan gender, youth suicide, narkoba hingga penyimpangan orientasi seksual.






Kurangnya Ilmu ayah dan bunda dalam memenuhi peran keayahan dan kebanyakan dapat menyebabkan konsep yang samar pada anak tentang gender role stereotype

_Yang bisa terjadi_ :
• anak laki-laki ketika sudah menjadi suami dan ayah, mengira tugas/peran nya hanya sebagai pencari nafkah saja, tanpa menunaikan peran keayahan nya
• atau anak perempuan yang ketika sudah berkeluarga mengira perannya adalah sebagai pemikul semua pekerjaan domestik dalam rumah tanpa harus bersinergi dengan suami

๐Ÿ€ Belum tuntasnya penguatan konsep gender yang diberikan orang tua pada anak dalam perilaku keseharian dapat menyebabkan anak bisa memiliki aktivitas yang kurang sesuai dengan gender nya

_Yang bisa terjadi_ :
• anak laki-laki berpakaian seperti anak perempuan, atau anak perempuan berpakaian seperti anak laki-laki
• anak laki-laki tidak merasa wajib untuk sholat 5 waktu di masjid

Akhir presentasi ditutup teh Rella dengan kalimat, 
Setiap anak dilahirkan dengan jenis kelamin lelaki dan perempuan. Jenis kelamin ini akan berkembang menjadi peran seksualitasnya. Memahami dan memupuk fitrah seksualitas anak bisa dilakukan dimulai semenjak dini. Pendekatan dengan orang tua (ayah dan ibu) memiliki peranan yang sangat penting dalam "menyadarkan" anak tentang gender mereka, sehingga anak bisa berperilaku sesuai dengan gendernya. Tantangan gender saat ini tidak hanya berasal dari dunia hiburan, tetapi dari masyarakat bahkan dari keluarga pun bisa terjadi. 
Sehingga menjadi kewajiban orangtua untuk bisa menuntaskan konsep gender terhadap anak agar pada saat anak memasuki usia aqil baligh ( > 15 thn) pendidikan mengenai pemahaman gender telah tuntas.


Ketika ada ‘insiden’ keterlambatan kesadaran dari orangtua dalam memberikan pendidikan seksual atau waktunya telah lewat, meminta bantuan ahli tentunya perlu jika dibutuhkan.

Orangtua haruslah tetap belajar dan berusaha, berapapun usia anak (tidak ada kata terlambat untuk belajar). Karena kembali lagi anak butuh lingkungan yang mendukung dari semua pihak.


Pertanyaan menarik dari mbak ismi terkait diskusi ini adalah,
alasan anak 7-10 tahun dipisah tidur apa aja ya? Kadangkala ada keluarga yang mungkin karena keterbatasan menyebabkan anak2 mereka tidur bersama dalam satu ruangan. Kira kira apa yang akan terjadi dengan perkembangan fitrah seksualitasnya?

Pertanyaan ini dijelaskan  oleh mbak Dhaniar sebagai berikut,

Tidur terpisah dimulai usia 7 bisa dijadikan latihan sebelum benar-benar memisahkan saat usia baligh.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintah umatnya untuk memisah tempat tidur anak-anak mereka apabila usia mereka telah genap sepuluh tahun. Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka bila enggan mengerjakannya pada usia sepuluh tahun. Dan pisahkanlah di antara mereka pada tempat tidurnya.” HR. Abu Dawud no. 495, dinyatakan hasan dalam Shahih Sunan Abi Dawud.

Adapun yang pernah saya baca, anak laki-laki yang berusia di bawah sepuluh tahun masih boleh tidur bersama ibu atau saudara perempuannya di tempat tidurnya, karena adanya kebutuhan untuk menjaganya dan mencegah bahaya darinya bersamaan dengan aman dari fitnah. Ketika aman dari fitnah, mereka boleh tidur sama-sama di satu tempat/kamar walaupun sudah mencapai usia baligh, hanya saja masing-masing tidur di kasurnya sendiri. Allohua'lam

Penjelasan ini disertai ilustrasi menarik dari komik miiko tentang pisah kamar dengan orang tua...

Hahah... Menarik diskusi hari ini...

Tinggallah saya dan kelompok saya menunggu hari esok untuk ganti menyampaikan tema ini...

Bismillah semoga esok diberikan kemudahan

Aamiinn



Comments